Profesi Penulis: Jasa Penulis Artikel Online, Koran, Buku, Penulis
Hantu
Oleh: Setiadi R. Saleh, S.Sos.,
J
|
ika kita browsing di google dengan kata kunci “industri
buku dan jasa penulis artikel
online,” jejak telusur yang kita temukan mengesankan seakan-akan buku akan
lenyap dari muka bumi dan berganti dengan semua hal yang serba digital. Benarkah
demikian? Seberapa cepatkah hal itu akan terjadi? Sangat cepat! Dan itu tidak
boleh dinihilkan, apalagi dinafikan.
Misalkan untuk penerbit buku, dalam hal ini penerbit harus
jujur menghadapi situasi melemahnya industri buku. Tantangan penerbit adalah
sebagai berikut: bagaimana menyikapi lonjakan harga kertas, ongkos cetak,
menemukan naskah bermutu dan laku, honorarium penulis, penerjemah, membeli
copyright, membayar desainer cover, jasa penulis artikel, layouter, proofreader, editor, mendaur
ulang buku kurang laku, menyiapkan stok buku-buku laris agar tidak kehilangan
momen, mengatur sirkulasi dan distribusi buku ke seluruh agen dan toko-toko
buku, menyikapi ongkos kirim buku ke pulau-pulau di luar Jawa, mengundang
penulis, bedah buku, pameran buku, dan seterusnya. Di Pulau Jawa, industri buku
dan penerbit masih berjalan. Sementara di Sumatera misalnya, khususnya Medan,
penerbit tidak berfungsi lagi. Bayangkan, untuk terbitan dan cetakan yang umum
saja seperti Quran dan buku wirid. Rata-rata terbitan dari Pulau Jawa,
khususnya Semarang, Solo, Kelaten, Surabaya, selebihnya Jogya, Bandung, Jakarta.
Ketahuilah, sekalipun industri buku melemah. Industri
kepenulisan online, dan kepenulisan buku digital justru menguat, termasuk jasa penulis artikel
online. Apa barometernya? Apa asumsinya? Karena manusia haus informasi. Dibutuhkan
penulis untuk menyajikan dan mengolah informasi menjadikannya bacaan yang
menarik. Di sini, dapat dibedakan penulis artikel online dan penulis buku
online, serupa dan tidak sama. Penulis online pada umumnya menulis secara
ringan, mengingat sifat pembaca online adalah ringkas, cepat, dan mudah
“terlempar” ke lain situs. Dalam hitungan detik pembaca online dapat membaca
hal apa saja.
Sementara di lain hal, sebenarnya pun, buku-buku
konvensional yang menggunakan media kertas tidak akan pernah mati,
semati-matinya. Sebab, pabila dibandingkan membaca buku konvensional dengan
membaca buku di layar komputer atau ponsel pintar (HP tablet, BB, Android, IPAD,
e-book reader, smartphones dan lain-lain). Membaca buku konvensional masih
lebih baik dalam hal pengendapan rasa, pemahaman, imajinatif. Karena itu,
seorang editor ahli sekalipun tetap memerlukan membaca ulang hasil editannya melalui
hasil cetakan (print) sebelum akhirnya dicetak menjadi buku.
Kemudian, dari hasil cetakan buku, dibuat versi
digitalnya atau bisa saja dari sumber-sumber digital online (internet) diolah
dan dijadikan buku. Percayalah, peminat, pembaca, penulis, penjual, pencetak,
pendigitalisasi buku selalu ada sampai kapanpun. Karena, membaca adalah fitrah.
Kata Goenawan Mohammad, “membaca adalah sebuah rahmat dan tidak semua orang
menemukannya.” Kata Soekarno, “Tubuhku boleh dipenjara, jangan jauhkan aku dari
buku dan pena.” Buku dan membaca adalah kebutuhan sehari-hari. Kata H. Mulyadi
SE, MM, “buku tidak cukup dibaca melainkan juga harus ditulis. Buku di masa
depan bukan lagi transfer pemahaman dari penulis kepada pembaca, melainkan juga
dari pembaca ke pembaca, penulis ke penulis, pembaca ke penulis.”
Jadi, sekarang tidak perlu lagi kita sibuk-sibuk mencari
biangkerok, siapakah yang akan dijadikan tumbal dari penyebab hancurnya
industri buku. Yang perlu dilakukan semua pihak termasuk IKAPI, Perpustakaan
Nasional RI, Yayasan-yayasan, dan voluntir adalah bagaimana menumbuhkan minat
baca, baik itu melalui media offline (buku), maupun online (internet). Sebab,
seperti kita tau, data serta bacaan di internet terkadang kurang rinci, kurang
dalam, dan hanya bersifat informatif bukan reflektif.
Industri kepenulisan buku tentu saja “diuntungkan” dengan
membanjirnya tawaran-tawaran untuk menulis di portal-portal online situs web.
Bayaran penulis artikel online atau biasa kita kenal jasa penulis artikel hanya sekitar 10.000
s/d 25.000 untuk sekitar 2 halaman A4 atau sekitar 250 kata sampai 500 kata. Lebih
dari dua halaman, bisa saja satu artikel dihargakan 100.000 atau lebih. Bayangkan
sehari, penulis artikel online dapat menyetor berapa tulisan dengan judul
berbeda, pembahasannya berbeda sekalipun temanya sama. Penulis online adalah
penulis imaji, dan kaya ide untuk menggarap ulang tema yang sudah pernah ditulis
sebelumnya dan menjadikannya bahan bacaan baru, segar, inovatif, dan valid.
Apa sebegitu mudahnya menjadi penulis online? Ya! Dan
ingat, ada “sumpah suci” yang tidak boleh dilanggar. Penulis online tidak boleh
dan dilarang keras melakukan duplikasi, replikasi dan plagiasi. Walaupun hal
itu mudah dilakukan oleh si penulis, dan melalui sebuah software mudah pula
diketahui oleh robot google. Google tidak masalah. Namun, hati-hati nama Anda
sebagai penulis dapat ditandai dan dinilai kurang kreatif oleh institusi tempat
Anda dibayar. Umumnya, situs online yang memperkerjakan penulis online memiliki
tenaga admin yang kerjanya memantau dan menilai kinerja para penulis.
Medan Bukan Basis
Penulis
Basis penulis-penulis online, jasa penulis artikel dan penulis buku boleh
dikata masih terbatas di kota-kota Jakarta, Bandung, dan Yogya. Mengapa
demikian? Sebab, di kota-kota tersebut menulis menjadi mata pencarian. Dan
memang konsumsi internet terbesar ada di pulau Jawa khususnya Jakarta, Bandung,
Jogya, Surabaya.
Di Medan yang paling umum terlihat internet dikonsumsi oleh
remaja dan anak-anak untuk bermain games online. Dan di Medan pula wadah
penulis kurang mendapat tempat. Padahal, pengalaman menyebutkan sejumlah
penulis-penulis yang handal sebagian besar berasal dari Medan.
Jika saja, katakanlah ada pengusaha jasa penulis konten website
yang bersedia memperlebar ranah kerjanya dengan memperkerjakan jasa penulis artikel
online dan memberi kesempatan kepada penulis-penulis muda yang ada di Medan.
Tentu ini akan menciptakan lapangan kerja baru.[]
Comments