Oleh: Setiadi R. Saleh
Mancing belut atau ngurek (urek) memiliki sejumlah cara di
antaranya dengan menggunakan umpan cacing dibakar, anak bebek, dan anak katak. Cara mancing belut dengan
anak bebek bukan menggunakan anak bebek (anak itik) hidup-hidup atau anak bebek
mati sebagai umpan untuk santapan belut. Melainkan anak bebek yang masih hidup, kakinya
digerak-gerakkan ke dekat lubang belut hingga muncul kecipak. Kecipak adalah tiruan
bunyi permukaan air yang ditampar dengan tapak tangan. Lama-kelamaan belut akan
keluar muncul ke permukaan karena melihat gerakan kaki anak bebek.
Mancing belut bagi yang hobi tentu akan menjadi
kegiatan yang sangat mengasyikkan. Sebab, mancing belut bukan seperti mancing
ikan biasa yang menggunakan kail (gagang pancing). Namun hanya menggunakan
senar saja dan mata pancing yang diberi umpan berupa cacing yang dibakar, anak
itik, anak katak. Selain dipancing, belut dapat pula ditangkap dengan cara dibubu (dikurung dengan perangkap
bambu).
Sebagian orang
menyetrum lubang atau liang belut, kadang pula menggunakan portas
(sejenis racun). Keduanya adalah perbuatan yang berbahaya sekali. Setrum atau
menyetrum dapat mengakibatkan korslet karena aliran listrik yang bersumber dari
batre bertemu dengan air (kutub negatif). Lebih berbahaya lagi ada yang secara
sengaja mengambil (mencuri) daya listrik langsung dari kabel listrik yang ada
di jalan raya. Sedangkan untuk yang menggunakan racun portas menyebabkan
hewan-hewan air yang ada di sawah dan sekitar galangan sawah, pelan-pelan
mengambang akhirnya mati lemas. Jika ini termakan oleh manusia dapat menyebabkan
keracunan dan muntah-muntah. Hati-hati memakai portas!
Belut adalah hewan air yang sebagian besar hidup di
sawah maupun rawa-rawa. Belut sebenarnya
termasuk dalam spesies ikan. Bentuknya panjang menyerupai ular, kulitnya sangat
licin sukar dipegang dan biasanya hidup di lumpur. Belut memiliki nama latin monopterus albus. Ciri-ciri ikan belut kulitnya berminyak atau
berlendir. Kulit belut tidak kasar, halus, dan tidak bersisik.
Belum dalam bahasa Nias disebut baewa ana’a dan menjadi cerita legenda di Nias tentang Belut emat, kulitnya
hitam/coklat tua bercampur kuning. Sedangkan baewaulö, belut berwarna hitam/coklat tua. Belut dalam Bahasa Jawa
adalah welut. Belut di Flores dan Sumbawa termasuk yang dikeramatkan terutama
belut-belut raksasa seukuran 1 meter.
Istilah belut juga dipakai untuk
menggambarkan sifat licin, licik, tidak
mudah tertangkap, pencuri yang licin berkelit. Kadang-kadang dalam perayaan HUT
RI, belut dijadikan ajang perlombaan menangkap lalu memasukkannya ke dalam
botol. Tubuhnya yang liat (licin) membuat belut susah dipegang. Ini bagi
sebagian orang menjadi tontonan yang menarik. Bagi sebagian yang lain belum
tentu menyukai tontonan seperti ini karena sudah sering menontonnya setiap
tahun.
Comments