Saijah dan Adinda—Hati dan Penglihatan yang Guncang


Saijah dan Adinda—Hati dan Penglihatan yang Guncang
Oleh: Setiadi R. Saleh


C
inta mendorong manusia bertindak berdasarkan nurani. Jauh sebelum kejahatan muncul, cinta terlebih dahulu lahir baru kemudian ada derita.  

Saijah dan Adinda mengadopsi kisah Max Haveelar yang ditulis oleh Eduard Douwes Dekker. Film yang bercerita tentang penderitaan rakyat di keresidenan Lebak, Banten pada 1856 itu berdasarkan pengalaman Dekker semasa jadi asisten residen. Haveelar (Peter Faber) membawa surat saat ditugaskan di pos baru di Lebak. Korupsi pejabat sebelumnya mati diracun. Ketika ia mau mengadu, Gubernur Jenderal Duymaer van Twist, yang bisul kakinya tak mau ketemu. Haveelar berang di depan foto Raja Belanda Willem III. “30 juta rakyatmu, diperas, dianiaya atas namamu.”

Haveelar berhati mulia. Bupati (Demang Maruli Sitompul) justru berlagak pilon di depan rakyat. Adegan menarik adalah kerbau dan macan. Desa Badur, Lebak, keluar penuh rasa kasihan. Ayah Adinda meninggalkan desa, distrik di dalam wilayah Lebak yang bertapal batas dengan laut.


Judul               : Saijah dan Adinda (Max Haveelar)
Pemain                        : Peter Faber, Maruli Sitompul
Skenario          : G. Soeteman
Sutradara         : Fons Rademaker
Produksi          : PT. MONDIAL MOTION PICTURE (INDONESIA)
                          FONS RADEMAKER BV (BELANDA), 1977





Comments