“Jalan Samurai” Profesi Penulis-bag 1

Oleh: Setiadi R. Saleh, S.Sos.,

Profesi penulis adalah sebuah profesi yang tidak semua orang dapat dengan mudah memahaminya. Karena, sudah tertanam dan tergambar di benak sebagian orang, apa dan bagaimana kerja seorang  penulis? Apakah bisa dapat penghidupan dari hasil menulis? Dan tidak henti-hentinya pertanyaan penasaran disertai rasa gusar, seakan hendak menyidik lebih dalam, lebih-lebih lagi umumnya orang langsung ke inti persoalan, apakah penulis bisa kaya? Apakah menulis ada uangnya? Pertanyaan ini tentu saja bagi seorang penulis susah-susah mudah menjawabnya. Saya pribadi memilih jawaban, bahwa menulis bisa kaya dan sukses. Caranya bagaimana? Ya harus menulis lebih aktif dan lebih bermutu.
Profesi penulis tidak ubahnya pekerjaan yang sebagaimana dilakukan oleh orang kebanyakan pada umumnya. Jika ia supir, ia membawa angkot. Jika ia tukang becak, ia membawa becak, jika ia pejabat, ia dinas. Jika ia karyawan, ia bekerja. Jika ia wartawan, ia meliput, dan jika ia pengusaha, ia berbisnis.

Profesi Penulis Artikel Online
Karena profesi penulis sama saja seperti profesi-profesi lain pada umumnya. Karyawan tidak boleh terlalu banyak cuti sendiri, nanti bisa dipecat. Pebisnis tidak boleh banyak diam tanpa inovasi, nanti tidak ada profit memadai. Seorang penulis pun demikian. Ia tidak boleh berhenti menulis. Sehari-hari harus giat merangkai kata demi kata, memeras otak, membeningkan kalbu, berusaha berpikir kreatif untuk menulis artikel. Khusus profesi penulis artikel online, umumnya diwajibkan minimal menyetor satu artikel setiap hari dengan pilihan kata kunci yang sudah ditentukan sejumlah 1000 huruf [words]. Satu artikel online dihargakan dengan Rp. 10.000,- sampai Rp. 25.000,-. Tergantung dari siapa pengordernya. Bayangkan, jika ia hanya sanggup menulis sehari 2 artikel, sehari dapat Rp. 50.000,. Pendapatan ini lebih rendah dari upah buruh tukang bangunan yang seharinya sebesar Rp. 75.000,-. Tukang bangunan bekerja 8-9 jam/hari. Sedangkan profesi penulis artikel online tidak lagi mengenal jam kerja. Kadang-kadang di tengah gulita malam dan sunyi yang dirundung kelam serta hawa dingin yang menggigit tulang. Seorang penulis harus bertarung melawan kantuk, jenuh, lapar haus, kehabisan ide serta kepulan asap rokok [bagi yang merokok] yang berpusing di dalam bilik. Dan begitu pula ketika terbangun pagi hari langsung tergopoh menghidupkan laptop atau menyentuh touhpad supaya layar laptop muncul kembali lantaran semalaman laptop tidak dimatikan akibat ketiduran. Rasanya setiap pagi tiba ingin bergegas menaburkan ide ke dalam tulisan.
Profesi penulis artikel online, tidak semuanya mengisahkan pilu. Selalu ada situs-situs tertentu yang berani membayar 100.000 sampai 1.000.000 untuk satu artikel. Biasanya yang sudi membayar tinggi adalah portal berita [koran tertentu]. Jadi, artikel yang Anda tulis bisa dibaca dalam versi cetak dan bisa pula dibaca dalam versi online [digital]. Hanya kelemahan atau ketidak-cermatan media cetak [offline-online] tidak mau memberitahukan tulisan Anda dimuat atau ditolak. Nasib artikelnya menjadi nasib-nasiban, diterima syukur, ditolak juga tidak apa-apa. Sampai suatu ketika secara tidak sengaja atau ada teman memberitahukan, atau bisa juga lagi browsing internet. Anda tahu, artikel Anda sudah dimuat. Dan ketika ditanyakan honornya, media tertentu tersebut tidak memberikan jawaban sampai akhirnya seorang penulis harus gigit jari karena tidak dibayar sepeserpun. Hal ini tentulah tidak adil. Berapalah jumlah honor yang akan diberikan oleh sebuah media. Portal berita sudah diuntungkan dengan pemuatan tulisan. Seorang penulis yang tingkat bawah dan menengah tidak pernah mengetahui, kapan ia bisa menerima kepastian honor. Berbeda dengan penulis yang suda punya nama. Hal Tidak semua media melakukan ini, selalu ada media yang membayar lebih awal [paling lama satu bulan], media lain berbulan-bulan bahkan tidak membayar sama sekali. 
Potret Penulis Tahun 1994

Ingat, seorang penulis, ada yang masih bujangan, ada yang sudah berkeluarga. Ia tetap harus bayar listrik, air, pulsa, dan tagihan lainnya setiap bulan. Artinya, honor adalah upah, dan upah adalah nafkah bagi keluarga. Jangan dikira, seorang penulis terkadang pun tidak punya penghasilan perbulannya. Seorang penulis pun bisa berada di titik nadir terendah. Tidak punya penghasilan sampai berbulan-bulan, dijepit hutang, frustrasi. Memikirkan keluarga harus dinafkahi. Kalau tidak karena cita-cita bahwa suatu hari nanti akan berhasil dan percaya bahwa Tuhan Maha Pemberi Rezeki, mungkin seorang penulis sudah depresi. Karenanya timbul wacana setengah berseloroh, apakah profesi penulis akan menerima BLT [Bantuan Langsung Tunai]. Mengingat penghasilannya tidak memadai. Karena, memang tidak punya order tetap dan tidak dapat mengerjakan pekerjaan lain selain menulis dan menulis. Kalau sudah tidak ada order atau honor tidak dibayar tepat waktu. Terpaksa harus menghutang. Apakah lantas seorang penulis harus berhenti menulis? Dan mengubur hidup-hidup semua cita-citanya dan kemudian melupakan apa yang sudah diperbuat. Tidak! Lupakan soal berhenti. Fokus, semangat dan tekunlah.  

Macam-macam Tipe Penulis
Seiring dengan munculnya internet. Profesi penulis kian banyak dicari. Berikut ini adalah sejumlah tipe profesi penulis:

  • profesi penulis online, penulis yang mendedikasikan diri sebagai penulis artikel online. Umumnya tulisan bersifat ringan, pendek antara 500-1000 kata, dan tidak terlalu memerlukan sumber referensi lengkap. Sehari minimal satu artikel harus disetor agar bisa diposting di website.
  • profesi penulis buku, penulis yang memerlukan waktu lebih lama dari penulis artikel online. Menulis berdasarkan order, baik atas nama sendiri atau nama orang lain [ghost writer]. Penulis buku, jika ia menulis karya  umumnya memerlukan referensi memadai agar isi bukunya lebih informatif dan edukatif, kecuali penulis buku novel. Sebagian penulis novel menggunakan referensi, sebagian lagi berdasarkan kelana dan pengembaraan imaji.
  • profesi penulis
Profesi Penulis Di Mata Masyarakat
Dalam kondisi sosial masyarakat, jika seorang penulis mengisi formulir registrasi di sebuah instansi atau institusi. Ia pasti akan merasa terkucilkan lantaran di form tersebut tidak tertera pilihan pekerjaan sebagai profesi penulis. Paling-paling profesi penulis diserupakan dengan pekerjaan sebagai wiraswasta, wirausaha, atau mengisi kolom pekerjaan dengan kategori pilihan lain-lain. 

Bersambung...

Comments