Remember that i love you-Aku Cinta Kamu Hari INi

Oleh: Setiadi R. Saleh



Aku melihat rembulan mengapung di atas tangkai bibirmu. Ingin kukecap agar sinarnya hilang berubah pekat menjadi hitam atau biru sesuai warna langit tempatku berdiri. Ah, Dik ketika si kecil lahir kita belum memberinya nama, hingga batas kota tenggelam, musnah direndam bencana alam. Aku terus-menerus menyiapkan telaga, memangkas rambatan rotan, mengikis pasir-pasir yang mengurung laju air, dan sesekali kutiup biji embun yang menapal di tiang kapal kertas. Desir angin membuat rindu bertalu. Kepala bekerja bagai rantai mutiara. Sisipannya lepas terbuang, penampakannya kelam. Seleraku mati tentang keindahan. Dunia dengan segala ceritanya adalah karya. Aku dengan segala yang bertaut adalah sisa-sisa. Puing pengasingan, jendela kemuskilan, tenunan masa lalu yang memerlukan kemasyhuran dan pengampunan.

Duhai cinta yang memiliki jutaan sayap. Hempaskanlah aku ke jagat yang belum pernah aku tatap. Para rahib mengatakan cinta terbuat dari seroja bunga dan kebencian tercipta dari resapan keringat unta. Cukup lama aku mengembara dalam kesedihan. Membiarkan zaman merusak renungan, mengabaikan cuaca menggubah arah perasaan, bersenandung alun sekadar memanggil-manggil. Silau kenangan mengeruk isi hati dan aku sengaja mengeramatkan malam, mengurai air mata. Dan aku sengaja menjangkau keredupan ratapan, mengidam seribu bahan agar menjadi seseorang di negeri orang. Amboi usia muda yang hangat memikat jangan lekas beranjak pulang. Dik, aku tak muda lagi, juga belum terlampau tua, kalau ikut hitungan edaran matahari usiaku empat puluh tahun. Menurut kitab ramalan para sepuh, usia sejauh itu mustilah mempunyai atap, seluas tanah dan kebun penggarapan. Tetapi, aku terlambat tumbuh jaya, meskipun begitu kusukyukuri betul apa yang menerpaku kini. Aku sudah mendapatkan harta penggoda dunia saat aku belum empat puluh. Apa yang kumaksud dengan terlambat jaya ketika belum dapat menguasai ilmu keselamatan dunia dan akhirat, membuat mesin pendulang semua rupa.

Angin di kota ini telah lama menyuruh aku pergi. Dan diam-diam dalam hati yang dingin aku juga ingin pergi berziarah ke makam-makam keluarga nabi di bukit semak cahaya. Dik, hayatku dijubali rindu pertemuan. Biarlah satu kurun ini aku pulang membersihkan pusara. Doa dan masa perkabungan yang kuidam tiap kali menyapu bintik titian air dalam kandungan kelopak mata, cukuplah pada saat aku duduk, rebah dan berdiri.

Aku cinta kamu hari ini!

Comments