Selimut Kesayangan-Cerpen Anak

 Oleh: Setiadi R. Saleh

Nobon, Cika dan Samuel tinggal dalam satu komplek perumahan. Orang tua mereka saling mengenal. Hidup rukun tanpa permusuhan. Tiap musim liburan, mereka mengadakan pesta kebun bersama-sama. Pada suatu hari Nobon mengajak Samuel dan Cika camping di halaman samping rumah. Saat kemah telah didirikan. Malam harinya tanpa sepengetahuan Samuel dan Cika. Nobon pergi meninggalkan kemah mencari ranting kayu dan air bersih. Cika terkejut saat melihat Nobon tidak berada di tempat. Walau berlindung dalam tenda. Ia takut berada di alam terbuka. Bayangan pepohonan dan sinar bulan yang redup membuat suasana terasa mencekam. Kabut-kabut mulai turun membasahi tanah dan rumput. Beberapa kali Cika melirik dan mengawasi taman di halaman samping rumah. Sampai akhirnya ia putuskan membangunkan Samuel yang sedang tidur pules.
            “Sam, Samuel, ayo bangun dong. Nobon nggak ada, nggak tau pergi kemana?”
            “Paling-paling juga pulang.”
            “Pulang kemana?” Tanya Cika heran.
            “Ya ke rumah.” Jawab Samuel sambil menguap dan menarik restleting jaket.
            “Bon….Nobon….?” Nobon pura-pura tidak mendengar. Kali ini dengan suara yang lebih keras.
            “Bon, Nobon!”
            “Ya, aku di sini.” Jawab Nobon sambil tersenyum.
            “Di mana?”
            “Dekat kolam ikan.”
            “Aduh Nobon jalannya gelap dan licin. Nanti aku terpeleset.”
            “Kamu di situ saja.” Lalu datanglah Nobon membawa ikan mentah siap dibakar.
            “Huh darimana saja sih.” Tanya Cika kesal.
            “Jangan marah dulu dong. Nih, lihat apa yang kubawa. Air bersih, ikan dan ranting kayu. Kita buat api unggun dan ikan panggang. Aku jamin kalian berdua pasti suka deh. Tenang, nanti aku buatkan susu coklat dan bandrek jahe untuk menghangatkan badan. Cik! Samuel bangunkan segera siapkan panggangan. Soal bakar-membakar dia jagonya. Soal makan Cika jangoannya.”
            “Hus enak aja.”
            Samuel terbangun dengan mata sedikit mengantuk dan menguap lebar-lebar.
            “Huuaaghh. Nobon kamu kan bisa manggang ikan. Aku masih ngantuk nih.”
            “Bangun Samuel, bangun, ayoh. Kasihan Cika sudah lapar.”
            Cika menarik lengan Samuel. Secara tidak sengaja dua batang coklat jatuh dari saku.
            “Idih Samuel, kamu kok pelit banget sih. Coklat aja disimpen-simpen. Pantes aku dan Nobon laper, sementara kamu enak-enakan tidur mendengkur.”
            “Eh nona manis, Cika sahabatku. Bukannya aku pelit. Coklat ini buat kamu dan Nobon. Aku simpan karena kukira kita tidak bakal makan. Hanya menghabiskan malam dengan diam. Sorry non, maafin aye?
            “Iye.”
            Samuel mengambil keranjang arang dan menyiapkan panggangan ikan. Sementara itu Nobon merebus air. Cika menyiapkan piring nasi dan cangkir.
            “Samuel kamu mau bandrek jahe atau susu coklat panas.”
            “Bandrek jahe dong?”
            “Cika?”
            “Susu coklat panas.”
            Malam dingin terasa berkesan oleh asap panggangan ikan yang menimbulkan aroma sangat lezat. Cika sudah tidak tahan. Perutnya keroncongan. Begitupun Nobon. Tak berapa lama kemudian. Ikan bakar siap disantap.
            “Cika, piringnya mana?” Kata Samuel kepada Cika. Cikapun bergegas membawa tiga piring plus nasi hangat yang ditaruh di atas daun pisang.
            “Sambel kecapnya jangan lupa.” Kata Nobon pada Cika.
            “Iya-iya tenang saja.”
            “Bagaimana prajurit Nobon, apakah Bandrek Jahe pesanan Jendral Samuel sudah siap saji dan diuji.”
            “Siap jendral!”
            Cika hanya tersenyum geli. Mereka menyantap ikan bakar dengan lahap, mereguk nikmat coklat susu. Beda dengan Nobon dan Cika. Samuel hanya mengambil ikan setengah saja. Ia kurang suka ikan kolam. Terutama ikan mas dan lele. Sehabis makan dan masing-masing dari mereka sudah kenyang. Nobon menaburi sekeliling tenda dengan garam meja. Supaya terhindar dari gigitan pacet dan ular.
            Belum lagi lewat pukul satu dini hari. Cika sudah mengajak pulang. Ia tidak mau tidur di tenda. Selain takut pada gelap cuaca dan malam. Ia berhati-hati kepada Nobon dan Samuel. 
            “Bon, Nobon aku tidur di rumah ya.”
            “Yah Cika, kok pulang. Kita kan sedang latihan camping.”
            “Sudah di sini saja.” Pinta Samuel pada Cika.
            “Nggak ah. Aku takut.”
            “Takut apa?” Tanya Nobon meyakinkan.
            “Takut sama kalian berdua.”
            “Ya ampun Cika. Memangnya kami penjahat yang tega menculik anak-anak. Badan aku sama badan kamu. Gedean badan kamu. Aku kurus, si Samuel kurus. Sekali tendang juga melayang.” Kata Nobon kepada Cika yang sedang gelisah membuat keputusan. Sementara itu Samuel menambah ranting kayu dan nyala api unggun menerangi kemah mereka.
รถ
          Di rumah orang tua Cika mama dan papanya belum tidur. Papanya sedang asyik nonton tv acaranya sepak bola. Sementara mama Cika sedang menyiapkan nasi goreng.
            “Pa?”
            “Ya Ma.”
            “Coba deh lihat Cika.”
            “Sebentar Ma, lagi seru-serunya. Lagipula Cika tidak kemana-mana, di rumah Nobon, tadi siang kita sudah ngomong sama mamanya Nobon. Titip Cika.”
            “Iya, tapi tidak ada salahnya dilihat. Biar Cika senang.”
            “Baiklah. Tolong ambilkan jaket papa.”
            “Tuh kan, papa sendiri saja kedinginan. Apalagi Cika yang masih SD. Ini selimut Cika dibawa juga.”
            “Untuk apa Ma, tadi siang kita sudah lihat tenda di halaman rumah Nobon. Mama tau sendiri, mamanya Nobon sangat perhatian. Selimut dikasih, kasur juga dibawa. Pokoknya Cika, Nobon dan Samuel hanya pindah tempat tidur. Biasa di kamar kali ini di kemah. Hitung-hitung latihan. Kalau nanti ikut pramuka tidak kaget lagi.”
            “Sudahlah bawa saja.”
Ketika orang tua Cika datang dan melihat Cika dalam keadaan baik-baik saja. Papanya senang, terlebih-lebih ketika Cika melihat papa membawa selimut kesayangan. Tanpa selimut itu ia susah tidur. Akhirnya papanya Cika  dan mamanya Nobon sepakat untuk menunggu api unggun habis. Lalu mereka, Nobon, Samuel dan Cika musti tidur di dalam rumah. Karena cuaca dan angin malam tambah dingin dan membeku.
TAMAT

Comments