Perjalanan Menembus Kabut Kematian

Oleh: Setiadi R. Saleh, S.Sos.,
Salah satu misteri terbesar dalam kehidupan adalah kematian. Kematian adalah sesuatu yang niscaya, pasti akan menimpa setiap makhluk yang bernyawa. Termasuk hewan, tanaman, dan seluruh isi semesta alam. 

Ketakutan akan kematian adalah yang paling banyak dirasakan oleh manusia. Tidak heran manusia berusaha melakukan apa saja asalkan ia tidak menua dan renta. Faktanya seberapa besar pun usaha untuk “menangkis” kematian, mati pasti terjadi. Mengetahui psikologi kematian sangat penting supaya kita dapat menyambut maut dengan hati damai.

Mengapa manusia enggan dan malas belajar tentang ilmu mati? Menurut Komaruddin Hidayat, keengganan manusia menjemput kematiannya disebabkan manusia terlanjur dimanjakan aneka kenikmatan duniawi dan sifat kematian yang sangat misterius. Kematian ditakuti karena manusia tidak tahu persis apa yang akan terjadi setelah kematian. Bahkan mazhab filsafat kaum eksistensialis pun tidak sanggup dan lemah dalam menjelaskan tentang kematian termasuk menjabarkan akar sebab dan akibat kematian. 

Keyakinan dan ketidakyakinan manusia akan kematian sedikit banyak berpengaruh kepada kehidupan sehari-hari. Agama Islam mengajarkan, tidak seorang pun yang bisa menolong perjalanan arwah seseorang “menembus kabut” kecuali amal kebaikannya sendiri. Semua kenikmatan duniawi akan ditanggalkan dan ditinggalkan, bekalnya hanya amal salih-perbuatan baik. Oleh karena itu, kebaikan membuat kita senantiasa tersenyum saat malaikat maut siap-siap menjemput meskipun keluarga yang ditinggalkan akan menangis sedih dan merasa kehilangan. 

Takut Mati Jangan Hidup
·         Kekhawatiran orang akan kematian disebabkan karena mereka tidak mengenal dan tidak tahu serta merasa ngeri dan bergidik, apa dan mau kemana setelah mati?
·         Dalam bahasa agama mati berarti kembali ke kampung halaman.
·         Takut mati karena belum cukup bekal seperti belum kaya, belum banyak pahala, belum menikmati kesenangan dunia, belum bahagia, dan segudang keinginan yang belum tercukupi.

Terminologi Mati
·         Mati  sudah hilang nyawanya; wafat; meninggal; tidak hidup lagi: tidak bernyawa; tidak pernah hidup: tidak berasa lagi; padam; buntu: sudah tidak dipergunakan lagi;  tidak ada gerak atau kegiatan; diam atau berhenti.
·         Mati suri (near-death experiences) secara medis akibat matinya pasokan “listrik” ke otak yang sekarat. Sebagian penderita mati suri melihat diri mereka berjalan dan berlari menuju terowongan cahaya atau melayang keluar dari raga.
·         Mati dipahami sebagai berpisahnya ruh dari jasad.
·         Kamus kedokteran mendefinisikan kematian sebagai berhentinya fungsi vital dalam anggota tubuh seperti berhentinya fungsi respirasi (pernafasan) dan kardiovaskular, dan semua sistem tubuh gagal berfungsi. 

Mati dan Kematian Menurut Alquran
·         Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah  kematian(mu), jika kamu memang benar. Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya. (QS 2:94-95)
·         Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah : "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? (QS 4:78)
·         Maka apabila telah tiba waktunya, mereka tidak dapat menangguhkan barang sesaat pun, dan tidak dapat (pula) memajukannya [QS 7:34]
·         Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami sajalah kalian dikembalikan [QS 29:57].

Segala sesuatu yang dilahirkan pasti akan mati; segala sesuatu yang dibangun pasti bakal berantakan; segala sesuatu yang dikumpulkan pasti bakal tercerai-berai. Sekiranya kita tidak pernah dilahirkan, tentulah kita tidak akan mati. Nabi Muhammad saw. bersabda: “Orang-orang Mukmin tidaklah mati; mereka hanya pindah dari kediaman atau alam fana yang sementara ini menuju kediaman atau alam abadi.”
Seluruh upaya duniawi kita, segala perolehan yang kita banggakan, di manakah semuanya ini akan berakhir kalau bukan di dalam kuburan? Cepat atau lambat, kehidupan ini pasti akan berlalu dan berakhir, dan semuanya tiba-tiba sirna dan tidak ada. Dalam kehidupan fana ini, segala sesuatu bersifat sementara, mampir sebentar, dan tidak abadi.
Memang demikianlah sesungguhnya yang terjadi. Kita selalu saja mengatakan:
“Ia mati karena serangan jantung...”
“Ia mati karena kanker...”
“Ia mati karena stroke...”

Sebenarnya, manusia mati karena dilahirkan. Sekiranya ia tidak pernah dilahirkan, ia pasti tidak akan pernah mati.[]

Comments