17 Tahun Pulang! Aku Kangen Medan

Oleh: Setiadi R. Saleh


OPINI | 26 August 2011 | 16:15 Dibaca: 106   Komentar: 0   Nihil



Mudik adalah hal yang biasa bagiku. Perjalanan laut [K.M. Kelud, Sinabung], udara [pesawat Garuda Airlines] darat [bis A.L.S, antar lintas sumatera]. Semua sudah pernah kunikmati dan masing-masing merekam adegan kenangan.


A. Mudik dengan pesawat. Waktu itu sekitar tahun 1990-an harga tiket masih mahal. Terbang dari Jakarta-Medan bisa mencapai 1 juta. Tentu saja pesawatnya pun ukuran jumbo-boeing (Garuda). Kala itu, pesawat-pesawat komersil swasta belum sebanyak sekarang. Aku mudik dengan dandanan yang cuek, sandal japit, tas ransel, rambut sebahu alias gondrong. Maklum kala itu masih menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Jadi, dandan cuek malah membanggakan. Dulu, mahasiswa, khususnya yang cowok jarang yang tampil dandy [bersolek dan wangi]. Akibat tampil dengan dandan supercuek, kontan saja banyak mata yang melirik cemooh. Aku senyum-senyum saja. 



B. Mudik dengan kapal laut. Karena aku kost di Bandung, mudik dengan kapal laut, harus ke JKT-Tj. Priok dulu, kemudian naik kapal K.M. Kelud atau Sinabung, sekarang mungkin K.M. Bukit Siguntang. Dari Tj.Priok ke Belawan Medan memakan waktu 3 hari 2 malam. Sewaktu di kapal, asyik benar rasanya. Terpaan angin, laut menderu, ikan-ikan berbinar tertimpa cahya mentari, lumba-lumba di seberang pandangan. Selain itu, jangan salah. Meski di kapal laut, semua hal di darat ada di laut [kapal], mau nonton bioskop ada, mau makan di resto enak ada, mau gym ada, mushalla ada. Parahnya lagi, tukang copet pun ada. Naik kapal laut dengan tiket kelas Ekonomi dek, aku pernah. Tiket kelas 1 [sekamar 6 orang] aku pernah. Kelas dek, tiap kita melihat ke arah jendela langsung berbatas dengan air, seolah-olah air sedang menerobos, ngeri membayangkannya. Saat antre makan, penumpang kelas dek persis seperti tahanan perang, makan nasi sayur tempe, cukuplah untuk penangkis rasa lapar. Sedangkan penumpang kelas 1, makan di resto kecil. Jika di meja makan ada 6 irisan semangka, 6 telur rebus, 6 ikan goreng. Itu berarti masing-masing hanya boleh mengambil 1 item, 1 semangka, 1 telur, dan 1 ikan goreng. Kenapa bisa begitu? Sebab, dalam satu kamar kelas 1 ada 6 orang, makanya tersedianya juga serba enam. Kelas ada yang kategori 1 A dan 1 B. 1 A biasanya 4 orang sekamar. Waktu terasa cepat berlalu. Dari Priok-Belawan, kapal terkadang bersandar dahulu di Sekupang-Batam, menaik-turunkan penumpang. Waktunya agak lama, bisa sampai 2 jam. Penumpang boleh pelisaran dulu.


C. Mudik dengan bis. Paling melelahkan mudik dengan bis. Tidur, makan, semua dilakukan dalam keadaan duduk dengan waktu tempo perjalanan 2 hari 3 malam. Kadang-kadang AC bis bocor sehingga airnya menetes di kepala. Bis berhenti tiap 8-10 jam sekali. Penumpang biasanya makan, minum, mandi, istirahat. Tiap-tiap kota yang disinggahi sangat memukau. Bayangkan hutan-hutan tersebut sudah roboh.
Dan di saat mengenang masa-masa mudik. Info mudik adalah berita yang kusuka, sayangnya kebanyakan hanya melulu diisi di seputar Pulau Jawa.
Kini, setelah merantau di Bandung selama 17thn, sejak 1994. Kepulanganku yang ke-17 thn ini [2011] bermakna penting. Aku akan bertemu keluarga, dan membawa keluarga istri dan anak, aku akan bertemu  Abah. Sebab, mama sudah lama tiada. Selama kurun 17thn kutinggalkan Medan. Sebagian besar sudah berubah, dan perubahan adalah wajar.  Setelah di Medan untuk beberapa saat, kami akan melanjutkan perjalanan ke Aceh. Pendek kata, kami akan keliling Sumatera.

Comments