Pameran Foto, “Ekor” Mata Rantai 600 Tahun Pelayaran Cheng Ho

Oleh: Setiadi R. Saleh, S.Sos.,


National Geographic Indonesia bekerja sama dengan Sasana Budaya Ganesa, Republic of Entertainment, 100,4 FM- KLCBS, Baca-baca Bookmart, B Radio 95,6, 102, 3 Rase FM menggelar pameran foto Michael Yamashita bertajuk “Pelayaran Cheng Ho di 16 Negara”. Acara berlangsung di Area Parkir Utara Kompleks Sabuga (Sasana Budaya Ganesa) Bandung,  21-23 Agustus 2005. Fotografer National Geographic, Michael Yamashita  memajang sekitar 50 karya photo. Rangkaian foto tersebut merupakan upaya ‘pengkisahan’ jejak pelayaran laksamana agung Cheng Ho.

Mike sendiri baru mengenal sosok Cheng Ho selepas membaca buku. Ia berkata, “Bagaimana bisa seseorang yang melakukan demikian banyak hal yang mengagumkan dan berpikir demikian maju, bisa menghilang begitu saja?” ini yang kemudian membuat Mike ‘kesengsem’ memotret jejak Cheng Ho. Mike menyajikan foto yang elegan, sederhana, bernuansa kekinian tetapi bermuatan nostalgia. Ia tidak hanya berfokus pada ritme peristiwa tetapi sampai kepada rasa dari ‘ekspresi jiwa”. Beberapa tahun lalu, ketika Mike meliput Marco Polo, ia mengagumi lokasi yang pernah disinggahi Cheng Ho. “Marco Polo menghubungkan barat dan timur, Cheng Ho menghubungkan timur ke barat,” ujar Mike seperti tertulis dalam National Geograhic Indonesia edisi Juli 2005.

 Diskusi Fotografi  22 Agustus 2005

Angle yang dipilih Mike cukup memikat dan sangat khas, seolah-olah jendela bagi mata kita menyusur jejak 600 tahun silam pelayaran Cheng Ho. Foto-foto Yamashita bertemakan:  Warisan Cheng Ho, anak-anak belajar mengenai agama Islam di pelataran masjid Cheng Ho di Surabaya. Pemeliharaan dhow (kapal dagang tradisional Arab) di Oman. Nelayan di Yaman. Pasar di Sanaa, Yaman. Cheng Ho tidak mencapai Sanaa, tetapi tempat ini merupakan pusat perdagangan utama. Barang-barang diangkut ke pelabuhan Aden. Orang-orang Famao di Pate meyakini mereka adalah keturunan para pelaut Cina. Jung kapal layar ciri khas Cina. Perayaan Idul Fitri, pengaruh Islam di Lamu-Kenya. Tembok besar menandakan kembalinya pelayaran ke Cina, di samping ancaman penyerangan para pengembara yang menjadi salah satu alasan Ming tidak melanjutkan pelayaran. Sebongkah batu besar untuk menghormati kaisar Zhu De, ternyata terlalu besar untuk dipindahkan dari lokasi penggaliannya di Nanjing. Prasasti itu menunjukkan betapa megalomania kekaisaran Ming. Semangat yang sama terekam dalam pelayaran Cheng Ho. Ma Huan ditugaskan mencatat segala hal dalam pelayaran. Menulis dalam bukunya bahwa wanita-wanita di Jawa suka mengunyah buah pinang sampai saat ini. Pergelaran Wayang Beber juga masuk dalam catatan armada Cheng Ho. Puncak Adam (Adam’s Peak) di Sri Lanka, tempat perziaran beberapa agama dan bagi Cheng Ho melambangkan persaudaraan ummat manusia. Para pekerja garam, timah, belerang.


Menurut Tantyo Bangun yang kini menjadi pemimpin redaksi National Geographic Indonesia, Mike cukup dikenal di kalangan juru foto dan penikmat fotografi di Indonesia. Karya foto Mike telah muncul di National Geographic sejak 1979. Mike berkeliling dunia, dari Somalia, Sudan, Inggris, Irlandia, Papua Nugini, New Jersey hingga berbagai negara di Asia. Dari hasil petualanganya itu, Mike menghimpun buku kumpulan foto kebudayaan Asia. Mike menaruh minat yang sangat besar pada Asia. “Karya fotonya sudah bisa bercerita sendiri tanpa disertai cerita berteks panjang.” ujar Tantyo.

Guna memotret jejak pelayaran Cheng Ho, Mike bertualang dari Asia sampai Afrika. Bersama Frank Viviano, penulis kisah Cheng Ho di National Geographic, ia menempuh perjalanan sekitar 16.000 km dari Yunan, Cina hingga Pantai Swahili, Afrika. Ketika berlayar Cheng Ho membawa lebih dari 27.800 orang dan 62 kapal harta (baochuan) berukuran raksasa. Kapal kayu terbesar itu diyakini sebagai kapal terbesar yang pernah dibuat di dunia. Mike juga mengunjungi desa kelahiran Cheng Ho, Kunyang, Provinsi Yunan. Di sana, ia memotret wajah Cheng Ho pada sebuah lukisan mural.

Bedah Buku “Sam Po Kong” 23 Agustus 2005

Diskusi bersama Remy Sylado penulis “Sam Po Kong” sungguh mengasyikkan. Pemahamannya mengenai Cheng Ho sangat detail.  Laksamana laut Cheng Ho (1371-1433) adalah seorang Tionghoa muslim, lahir dengan nama Ma Ho/Ma He, anak kedua dari pasangan Ma Hazhie dan Wen. Konon Hazhie (ha-tche) identik dengan lafal kata ”haji” (Haji Ma). Asal-usul keluarga Ma berdarah Persia-Mongol di Provinsi Yunan.
Cheng Ho seorang kasim Muslim dan menjadi orang kepercayaan kaisar Cina Yongle (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan kasim. Ia bersuku Hui. Dalam diskusi, Remy juga mengatakan, “tradisi mendatangkan angin dengan bersiul konon dibawa oleh Cheng Ho. Sedangkan nama “Sam Po Kong” adalah Cheng Ho, Sam artinya tiga. Tiga kepribadian dalam satu tubuh yakni: “gagah perkasa, cerdik cendikia dan bijak bestari.”
Menurut ulasan National Geographic, Cheng Ho melakukan ekspedisi muhibah paling sedikit tujuh kali. 

1405 – 1407
Armada meninggalkan Nanjing bulan Juli, membawa sutera, porselen, rempah-rempah. Kota terapung yang dipersenjatai ini mengalahkan bajak laut di Selat, mendarat di Sumatera, Sri Lanka; India

1407 – 1409
Armada memulangkan para duta besar asing dari Sumatera, India dan Wilayah lain yang berpergian ke Cina. Pelayaran perdananya ekspedisi ini menciptakan hubungan dagang Ming di Samudera Hindia.

1409 – 1411
Pertama kali kerajaan bertempur di darat.

1413 – 1415
Menyebrangi laut Arab. 18 negara memberikan upeti.

1417 – 1419
Armada Cheng Ho mengunjungi semenanjung Arab & Afrika di Aden. Dan dihadiahkan Zebra, Singa, burung Unta.

1421 – 1422
Melanjutkan diplomasi.

1431 – 1433
Pelayaran terakhir ke pantai Swahili Afrika. Zaman emas ekplorasi Cina. Cheng Ho diperkirakan meninggal dalam perjalanan dan dimakamkan di laut.

Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain: Asia Tenggara, Sumatra, Jawa, Srilangka, India, Persia, Teluk, Persia Arab. Laut Merah, ke utara hingga Mesir Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik.  Misi muhibah Cheng Ho berangkat 11 Juli 1405, 600 tahun lalu. Tidak diragukan lagi, ‘ekor’ mata rantai pelayaran laksamana agung Cheng Ho dan pengaruhnya di seantero bumi masih menyimpan suatu prinsip penafsiran sejarah yang misterius. Dan terus-menerus menjadi pembicaraan hangat. ‘Setidak-tidaknya’ sampai pengunjung pameran foto pulang.[] 



Comments