PILGUBSU 2013 Tinggal Menghitung Bulan

Oleh: Setiadi R. Saleh, S.Sos.,

Pemilihan Gubernur Sumatera Utara [PILGUBSU] 2013 tinggal menghitung bulan. Fraksi-fraksi mulai bergegas menyiapkan barisan dan membentuk tim untuk memenangkan calonnya masing-masing. Plt H. Gatot Pujo Nugroho ST selaku pelaksana tugas gubernur Sumatera Utara tentu akan berusaha membuat PILGUBSU 2013 berlangsung aman, jujur, bersih dan adil. 

Sebagian besar masyarakat SUMUT mengharapkan adanya perubahan terutama di bidang infrastruktur dan pendidikan. Bursa-bursa calon GUBSU akan diwarnai dengan pelbagai tawaran program. Karena itu, setiap calon sejak saat ini sudah mulai menerapkan “slow campaign” alias kampanye perlahan-lahan mensosialisasi diri agar dikenal oleh calon pemilih.
Prinsip sederhana kampanye terdiri dari 3 teknik dasar komunikasi: komunikasi informasi, komunikasi edukasi, komunikasi persuasi. Komunikasi informasi lebih kepada pengenalan. Komunikasi edukasi bersifat himbauan penyadaran, sedangkan komunikasi persuasif berupa ajakan atau bujuk rayu. Ketiga unsur dasar komunikasi tersebut dapat diterapkan dalam metode, pola kampanye, baik untuk kebutuhan jangka pendek, maupun jangka panjang.
Kampanye selama ini dipahami sebagai upaya sosialisasi suatu produk atau citra individu, organisasi, kelompok, institusi, partai, dan media.

 Tidak heran, di dalam kampanye diperlukan kecermatan dalam manajerial rencana, taktik, strategi, aksi, memilih orang-orang yang tepat dan tim yang kreatif agar kampanye mendulang sukses. Sebab, kampanye tidak dapat dilakukan secara perorangan. Kampanye melibatkan orang banyak, pengorbanan modal [finansial], waktu, psikis, mencari sumber dana, dan tentu saja harapan besar untuk menang. Orang yang berkampanye seperti pasukan sedang berperang. Dan filosofi tertinggi memenangkan pertempuran adalah tidak bertempur. Karena itu, kemenangan dan keberhasilan politik perlu ditempuh dengan cara santun, tidak bertentangan dengan nilai agama, budaya, dan undang-undang dasar konstitusi negara kesatuan Republik Indonesia.
Istilah kampanye sudah terlanjur disepadankan sebagai “kendaraan politik” untuk meraih tujuan akhir. Padahal, kita tahu kampanye tidak terbatas pada kegiatan politik. Masih banyak hal positif yang dapat diterapkan dalam kampanye. Mengapa istilah kampanye menjadi buruk, karena kampanye-kampanye politik kerap-kali memberi janji, memanipulasi realitas dengan pencitraan media, memanfaatkan opini tokoh yang sengaja dilontarkan, dibentuk, dan dikelola sesuai kepentingan “pemesan.” 

Selain itu, partai pun terkadang melakukan cara-cara kotor, kurang adab, tidak logis dan irasional. Contoh, banyak partai belum waktunya kampanye sudah melakukan kampanye terselubung dengan melakukan sumbangan, rakernas, dan seminar-seminar yang kemudian memasang umbul-umbul, baliho, selebaran, pamflet, dan notifikasi melalui situs website, internet, media massa, jejaring sosial, blog, mikroblog [twitter] dan seterusnya. 

Tulisan ini adalah prolog dari seri tulisan “membentuk tim kampanye dan mengolah tim kampanye.”

Comments