Rumah-Jangan mendirikan rumah di dalam pikiran

Karya Maula Mazin
Rumah bukan di mana Anda tinggal, tetapi di mana mereka mengerti Anda.
Jangan mendirikan rumah di dalam pikiran.
Bangunlah rumah di atas tanah

Rumah 
Oleh: Setiadi R. Saleh
R
umahku surgaku, selalu begitu bunyi pepatah sejak dulu. Surga terlalu konstan. Tanpa riak tanpa titik didih. Engkau lebih baik punya rumah daripada punya surga. Menuju surga itu jauh. Sedangkan kemauan memiliki rumah adalah dekat. Engkau berpikir memiliki rumah adalah sulit. Tidak punya cukup uang. Takut bayar cicilan.  Belum cocok. Lokasi tidak mendukung. Bahkan, ketika engkau memiliki uang. Engkau pun masih ragu-ragu.  Khawatir salah pilih rumah. Dan pertimbangan lain sampai akhirnya engkau tidak berdaya. Lantaran hilang waktu, semangat sirna, dan dana binasa.

Jika engkau ingin punya rumah. Sekaranglah saatnya. Engkau tidak bisa menunggu sampai waktu benar-benar sempurna. Jangan terkecoh ocehan kerabat. Jika engkau keliru memilih rumah yang sudah jadi. Entah karena mahal atau karena bentuknya buruk. Tempati rumah tersebut. Terima dan nikmati. Engkau dapat berbuat banyak bersama keluarga. Tersenyumlah, sekarang keadaanmu lebih baik karena sudah memiliki rumah. Percayailah, jika engkau sudah punya satu rumah. Maka, engkau akan punya rumah berikutnya. Jika anakmu dua, rumahmu harus dua. Sebab, suatu  saat  mereka akan terbang dan menjadi milik dunia. Engkau tidak boleh melarang mereka terbang. Nanti jua pasti kembali. Sebab, rumah adalah sarang bukan sangkar.

Ketahuilah, rumah tanpa pohon-pohon, rumput atau tanaman tumbuhan. Bukan rumah namanya. Itu  penampungan. Matamu akan terpasung, engkau akan terapung, jiwa gersang dan hatimu akan menghitam. Engkau tidak dapat merasakan balutan embun yang membungkus pucuk rumput. Engkau tidak dapat mencicipi aroma tanah dan kabut air. Engkau tidak tahu bagaimana senangnya melihat tomat menghijau menuju merah lalu mati atau mendengar desis rambatan dari tanaman labu memenuhi kawat dan merengkuh kayu. Engkau tidak tahu, bagaimana getar rasa saat menyaksikan apa yang engkau tanam telah tumbuh pelan-pelan dari sebongkah biji kemudian menghasilkan pohon dan mendatangkan ribuan biji lagi. Apakah engkau pernah begitu girang melihat isi halaman berupa capung, kupu-kupu sayap pelangi, belalang besar, bekicot, cacing si makhluk hermaprodit, kadal berekor martil, atau semut laut. Biarkan sesuatu yang liar tumbuh di pekarangan rumah supaya engkau dapat menemukan apa yang tidak engkau cari. Pernah engkau rasakan itu?[]

Comments