Waktu

Oleh: Setiadi R. Saleh

Waktu dan air pasang tidak menunggu manusia.
Waktu terus berlalu.
Waktu adalah penyembuh yang hebat.
Akan lahir dunia baru yang tercipta dari abu.
Dan waktu adalah guru yang membunuh banyak murid.

Dok. gdefon.com
 Bumi bertukar beberapa kurun. Musim berganti dan Semesta pergi tanpa kembali. Masa lalu teramat jauh, rapuh dan lepuh. Maut begitu dekat di tapuk mata, di lubuk kalbu, di ufuk pandangan. Dan gigi sang waktu  (de tand des tijds) seperti nyanyi burung kenari atau laksana tiupan sang bayu  menerbangkan biji-biji air.

Di sini, waktu adalah seluruh rangkaian sesaat ketika proses dimulai. Suatu keadaan yang berlangsung serentak dan serupa. Di sana, waktu adalah skala interval antara dua keadaan, dua kejadian.

Apakah waktu itu?  Ini adalah cerita yang sudah didengar dan pernah diceritakan. Deskripsi ilustrasinya: “Sekarang ambil toples (wadah) besar. Kemudian masukkan batu-batu besar kira-kira seukuran mulut toples. Ingat, masukkan dengan hati-hati agar wadah toples tidak pecah atau rusak. Isi toples sampai semua batu-batu itu tidak lagi dapat dimuat ke dalam toples. Apakah toples sudah penuh? Belum! Sekarang ambil kerikil, masukkan kerikil-kerikil tersebut ke dalam toples sedikit demi sedikit. Guncang-guncangkanlah toplesnya sampai kerikil memenuhi dan memuat sisi-sisi celah toples. Apakah toplesnya sudah penuh? Belum! Lalu masukkan sekeranjang pasir. Isi pasir-pasir tersebut sampai memenuhi setiap rongga toples.  Apakah toplesnya sudah penuh? Belum! Terakhir, masukkan air. Apakah toplesnya sudah penuh?”

Ketahuilah sahabat, sekalipun waktu kita habis tersita untuk keperluan sehari-hari. Mengurus keluarga, bisnis, beribadah atau melayani orang. Kita masih dapat mengukir relung-relung, rongga-rongga waktu yang tersisa. Berbuat dan berbuat lagi untuk sesuatu yang bermanfaat. Tidak peduli, meskipun dan betapa pun itu sibuknya kamu.


Ada yang bilang, yang terbaik adalah tidak mendekati pusat waktu. Hidup adalah sebuah kapal kesedihan. Tanpa waktu tidak ada kehidupan. Jika kedahagaanmu akan keabadian hidup, menetap tetap dan beku seperti kupu-kupu. Tinggalkan bebanmu, engkau harus berlari. Jika engkau tidak memiliki gairah ambisi di dunia ini, engkau akan menderita secara sadar lambat dan lamat-lamat.

Waktu adalah kejernihan untuk melihat yang benar dan salah. Setiap orang pernah terjebak dalam waktunya sendiri-sendiri. Tidak ke mana-mana. Tidak berpikir, tidak merasa, tidak bertindak. Seseorang yang tidak dapat membayangkan masa depan adalah orang yang tidak bisa merenungkan hasil tindakannya. Dengan demikian, ia akan lumpuh dalam kelambanan.

Tuhan kata, “Aku adalah Waktu. Aku adalah Tempo. Aku adalah Zaman. Aku adalah pemilik masa yang sangat panjang.”

Andaikan waktu adalah suatu lingkaran, lentur kembali pada dirinya sendiri. Dunia berulang, tepatnya, tanpa henti. Bayangkan sebuah dunia di mana tidak ada waktu, hanya ada gambar. Bukankah hidup adalah seni menggambar tanpa penghapus? []





Comments