Jika Aku Masih Hidup Esok Pagi

Tidak ada orang yang utuh. Tidak ada orang yang bebas.
Seiring waktu, sebagian manusia telah menentukan
bahwa satu-satunya cara untuk hidup adalah mati.
Dalam kematian, seseorang merdeka dari berat masa lalu dan masa depan.
Mereka menjadi milik keabadian.

Jika Aku Masih Hidup Esok Pagi 
Oleh: Setiadi R. Saleh

P
ertimbangkan sebuah dunia di mana sebab dan akibat yang tidak menentu. Terkadang mendahului pertama. Yang kedua, dan kadang-kadang yang kedua yang pertama. Atau mungkin menyebabkan terletak selamanya di efek masa lalu di masa depan, namun masa depan dan masa lalu sangat terkait.

Pesan penting sebelum mati: apakah engkau dapat memaafkan orang yang telah menyakitimu? Apakah engkau akan membalaskan dendam dan melampiaskan kemarahan? Apakah engkau hanya mengeluarkan amarah dan tidak membalas dendam. Kebencian tidak dapat dihancurkan dengan kebencian. Di mana ada kebebasan, tidak ada kematian dan kehancuran. Di mana ada benci, cinta pun tumbuh subur.

Jika aku masih hidup esok pagi, apakah engkau akan berpikir di saat engkau enggan mendengar? Engkau akan terselubung dalam sepi, bibirmu rapat terkunci, dan benturan demi benturan akan datang. Engkau yang tahan dengan pencobaan adalah engkau yang bisa menempa perisai iman, memadamkan semua panah api dari orang jahat.

Kematian adalah perjalanan menembus kabut. Engkau seperti memasuki selaput labirin. Orang yang mati bisa melihatmu dan engkau tidak bisa melihat mereka yang mati, kecuali telah diberi ilmu. Jangan pernah mengejar kebohongan. Biarkan saja, dan itu akan berjalan sendiri sampai mati. Kematian mengakhiri kehidupan, bukan sebuah hubungan.[]

Catatan:
Judul "Jika Aku Masih Hidup Esok Pagi" pada mulanya bersumber dari sebuah buku. Kebetulan saya yang menyunting buku tersebut. 

Comments