Memberi, Menerima, Meminta

Kamu hidup dari apa yang kamu peroleh.
Tetapi, kamu baru benar-benar hidup dari apa yang kamu berikan.
Sebab, memberi itu menerangkan  hati. 
Agar lampu kebajikan tetap menyala,
kita harus meletakkan minyak kebaikan di dalamnya.

Memberi, Menerima, Meminta  
  Oleh: Setiadi R. Saleh
D
i semua kepercayaan, mempercayai bahwa hidup harus berarti buat orang banyak dan banyak orang. Engkau tidak memiliki apa pun saat engkau kembali ke pelukan Tuhan selain apa yang telah engkau berikan. Engkau tidak dapat lagi menunda apa yang akan engkau berikan sampai engkau benar-benar memilikinya.

Orang bodoh kata, “Apa yang akan aku berikan. Aku tidak punya apa-apa. Bagaimana aku bisa memberikan kepada orang lain. Sedang, untuk diriku sendiri saja tidak punya.”
Orang bijak kata, “Memberi saat engkau punya itu lazim. Tetapi, memberi saat engkau tidak punya. Itu istimewa.” Bagaimana bisa? Apa itu masuk akal? Engkau mau mencobanya? Engkau tidak akan bisa memberi jika meminta pun engkau tidak mau, tidak mampu.

Engkau tidak usah bimbang dan terus berbicara kepada hatimu sendiri, “bagianku mana, aku dapat apa, aku, aku, dan aku.” Tugas kemanusiaan adalah melayani dan menjadi solusi bagi pemecahan permasalahan. Jika engkau merendahkan hatimu. Keberanian akan terbit tanpa ujung. Ramahlah, penuh kasih dan tulus. Memberi adalah pekerjaan besar untuk membangun batin.

Pertanyaan hidup paling gigih dan mendesak adalah: apa yang kamu lakukan untuk orang lain?  Kenikmatan terbesar adalah melakukan tindakan yang baik secara sembunyi-sembunyi.

Kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Tak ada yang sia-sia di dunia ini yang meringankan beban orang lain. Pelayanan dan melayani adalah apa yang kita bayar untuk menjadi sesuatu. Ini adalah tujuan yang sangat hidup, bukan sesuatu yang dilakukan di waktu luang.[]

Comments