Apa itu menulis

Seorang mahasiswi USU tadi siang bertanya kepadaku, 
"Sudah berapa banyak artikel yg abang tulis?"
Dalam hati, dlm pikiran saya tdk berhitung dan menjawab dengan senyum tawa kecil. Sebab, menulis ternyata bukan seperti naik sepeda. Sekali belajar terjatuh, dua kali belajar terluka, tiga kali belajar bisa. Setelah itu "Sesepedaan (ceuk urang Sunda mah ." kemudian setelah lama tidak naik sepeda, masih bisa.

Faktanya, setiap hari menulis di kertas, di laptop, di ponsel. Tetap saja harus belajar dan belajar, berpikir dan berpikir, bermenung dan bermenung supaya setiap kata, frase menjadi intune (nyambung). 

Lalu mahasiswi tsb bertanya lagi
"Apa dong bang resepnya utk menulis?"
"Memulai, lakukan, setelah itu supaya ide tidak terbuang, catat-tulis, walau cuma sekata, walau cuma secoretan. Karena, sekata-secoretan itu adalah pintu-pintu waktu penghubung antara "jembatan arwah" masa lampau dan masa kini."
Mahasiswi itu menatap saya dalam-dalam. 
"Dmn saya bisa belajar menulis?"
Spontan saya jawab, "Di Re! Media Service. Di situ Anda tdk perlu belajar menulis. Anda akan diiniasi oleh banyak mentor. Tak ada guru, tak ada murid. Yg ada adalah kerja-menulis. Yg ada adalah kemauan utk kemampuan. Yg adalah kebiasaan-pembiasaan utk bisa! Tiada kebahagiaan sebahagia selepas kerja."

Kami berpisah, bertukar nomor ponsel. Dan aku menyerahkan origami Raven sebagai kenang-kenangan buatan Maula Mazin.

Itu saja dulu...

Comments